Ujian tengah semester.. Pengendalian mutu proyek

UTS PENG. MUTU PROYEK
          
            Nama : Dedi Purwanto

            Nim.  :  417110041

SOAL
1.    Jelaskan fungsi dan lingkup kerja penyedia jasa, pengguna jasa dan dan auditor pada UU jasa Kontruksi No.2/2017
2.    Jelaskan yang dimaksud dengan DEVIASI progress pekerjaan pada kurva S Schedule Proyek.
3.    Pada pekerjaan beton bertulang, dikenal istilah “Setting Beton” Jelaskan secara renci hal tersebut, disertai gambar/ ilusi.

Jawab:
1.    Penjelasan fungsi dan lingkup kerja penyedia jasa, pengguna jasa dan dan auditor pada UU jasa Kontruksi No.2/2017.

1.1     Penjelasan fungsi dan lingkup kerja penyedia jasa berdasarkan pada UU jasa Kontruksi No.2/2017. pada bab V tentang Penyelenggaraan jasa kontruksi, bagian satu Umum, Pasal 38 menjelaskan:
·         Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.
·         Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
·         Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan bangunan.
·         Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Presiden.

1.2     Penjelasan fungsi dan lingkup kerja pengguna jasa berdasarkan pada UU jasa Kontruksi No.2/2017. pada bab V tentang Penyelenggaraan jasa kontruksi,, Pasal 55 menjelaskan:
1.    Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
2.    Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, dan/atau masyarakat.
3.    Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan:
    1. kemampuan membayar; dan/atau
    2. komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi.
4.    Kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dibuktikan dengan dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank, dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain yang disepakati dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
5.    Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja sama.

1.3     Penjelasan fungsi dan lingkup kerja Auditor berdasarkan pada UU jasa Kontruksi No.2/2017. pada bab V tentang Penyelenggaraan jasa kontruksi,, Pasal 55 menjelaskan:
Audit secara umum merupakan suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan mengkaji secara objektif bahan bukti (evidence) perihal pernyataan ekonomi dan kegiatan lain. Hal ini bertujuan mencocokan atau membandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil langkah itu, disimpulkan suatu pendapat atau opini dan mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan (D.R. Carmichael dan J.J. Wilingham, 1987). Sedangkan audit proyek didefinisikan oleh Leo Herbert (1979) sebagai:
1.    Merencanakan, mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup jumlahnya, relevan, dan kompeten.
2.    Dilakukan oleh auditor yang bebas (independent).
3.    Dengan tujuan audit yaitu untuk menjawab beberapa pertanyaan :
·      Apakah manajemen atau personil suatu perusahaan atau agen yang ditunjuk telah melaksanakan kegiatan atau tidak?
·      Apakah kegiatan yang dilakukan memakai norma yang sesuai untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan oleh yang berwenang?
·      Apakah kegiatan telah dilakukan dengan cara yang efektif?
Auditor mengambil keputusan atau pendapat dari bahan pembuktian, dan melaporkannya kepada pihak ketiga serta melengkapi bahan bukti untuk meyakinkan kebenaran isi laporan, dan usulan perbaikan untuk meningkatkan efektifitas proyek.
Arti dan proses audit secara umum mencakup:
1.      Kegiatan audit terdiri dari langkah-langkah sistematis mengikuti urutan yang logis.
2.      Pengkajian secara objektif; dilakukan oleh orang bebas, dalam arti tidak berperan dalam objek yang akan diaudit.
3.        Diperlukan bahan bukti (evidence) yaitu fakta atau data dan informasi yang mendukung yang harus dikumpulkan oleh auditor
4.      Ada kriteria sebagai patokan pertimbangan atau perbandingan. Kriteria merupakan standar yang telah ditentukan dimana organisasi, manajemen, atau pelaksana harus mengikutinya dalam usaha mencapai tujuan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Kriteria digunakan auditor untuk menilai apakah suatu kegiatan telah dilakukan dengan benar atau menyimpang
5.       Ada kesimpulan berupa pendapat atau opini auditor

2.    penjelasan yang dimaksud dengan DEVIASI progress pekerjaan pada kurva S Schedule Proyek.
DEVIASI progress adalah keterlambatan pekerjaan pada Kurva S Schedule Proyek adalah Mengevaluasi kemajuan pekerjaan dengan membandingkan antara time schedule yang dibuat kontraktor dan pelaksanaaan realisasi di lapangan dalam bentuk kurva S.  Sangat penting sekali karena kurva ini bisa menggambarkan aktifitas pengerjaan proyek secara umum dan lebih terkontrol.
Sebelum reschedule, sebaiknya kurva S dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab keterlambatan proyek. Jika sudah ditemukan beberapa penyebab utama keterlambatan proyek maka bisa dilakukan reschedule untuk mengantisipasinya. Fungsi dari time schedule adalah mengatur pelaksanaan proyek sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Keterlambatan pekerjaan proyek adalah permasalahan utama dari sebuah manajemen proyek. Keterlambatan proyek bisa berakibat kepada kualitas pekerjaan, durasi pekerjaan menjadi lebih lama, biaya menjadi membengkak, dan proyek pun akan berhenti. Salah satu cara mengatasi keterlambatan proyek adalah reschedule proyek, 38 memperbaiki metode kerja, efisiensi sisa pekerjaan, dan meningkatkan kualitas SDM (Setiawan, 2008). Ada beberapa penyebab mengapa proyek harus di reschedule atau mengalami keterlambatan diantaranya pengiriman material yang sering terlambat, masalah sosial/tetangga, masalah keuangan yang tidak lancar, kekurangan tenaga kerja, spesifikasi material yang belum diputuskan oleh perencana dan owner, dan sebagainya. Dalam metode swakelola sangat berbeda dengan sistem kontraktor. Pada sistem swakelola ada kalanya banyak material-material arsitektural/interior yang belum diputuskan oleh owner. Biasanya owner menganggap material bisa diputuskan saat proyek sudah berjalan namun justru akan menganggu proses pelaksanaan sehingga terjadi keterlambatan proyek yang harus di reschedule

3.    Pada pekerjaan beton bertulang, dikenal istilah “Setting Beton” Jelaskan secara renci hal tersebut, disertai gambar/ ilusi.
Setting beton (pencetakan beton/pengerasan beton) adalah beton basah yang mulai mengeras seiring berjalannya waktu yang disebabkan oleh kelembaban dalam campuran diserap oleh agregat, sebagian campuran ini diuapkan karena iklim dan sebagian lagi digunakan dalam reaksi hidrasi antara semen dan air. Akhirnya, beton akan terbentuk atau sepenuhnya mengeras, inilah yang dimaksud dengan setting beton. Beton ini harus memiliki sifat berbagai bantalan beban dan daya tahan termasuk perubahan volume (penyusutan beton) dalam kriteria yang sesuai.
Jika beton mulai mengeras atau mulai kadaluarsa, beton ini tidak dapat digunakan. Sehingga, beton harus dicor sebelum mulai mengeras, yang biasanya akan memakan waktu sekitar 1 jam setelah pencampuran beton selesai. Dalam industri beton siap pakai yang membutuhkan waktu untuk transportasi, biasanya ditambahkan campuran untuk menunda pengerasan beton. Ini akan memperpanjang waktu pengerasan beton basah sekitar 2-4 jam untuk transportasi dari pabrik ke lokasi konstruksi.
Gambar 3.1 Pemasangan Lantai Beton


kuat beton terhadap beban dapat dipastikan dan disesuaikan dengan beban rencana. Modelling dapat mengambil data dari berbagai kemungkinan kuat beton tidak tercukupi. Artinya ada toleransi jika mutu beton tidak mencapai yang telah disyaratkan. Kegagalan di sebabkan karena mutu beton yang kurang kuat. Terutama beton untuk konstruksi struktur bangunan utama yaitu gedung, abutment dan pilar jembatan, bahkan yang digunakan untuk infrastruktur jalan. Ketika investigasi dalam internal audit dilaksanakan, terdapat para engineering pemula yang masih kurang berpengalaman dalam pelaksanaan di lapangan. Hal ini dikarenakan bekal informasi pengembangan teknologi beton yang kurang, sehingga terjadi kendala di lapangan karena skedul kerja yang cepat.
Gambar 3.2 Pemasangan Tangga Beton Bertulang

Para Enginer Perencana Konstruksi dapat memberikan toleransi agardapat dilaksanakan di lapangan. Hal ini sangat penting bagi engineer pelaksana atau Pemula, mengetahui karakterikstik beton bermutu tinggi yang akan di pakai, sehingga bisa memimal kesalahan mutu beton yang akan digunakan. Waktu untuk setting Beton sangat penting untuk dipantau karena berkaitan dengan fase beton yang mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan dari pelaksanaan pengecoran.
Secara umum waktu beton setting dibagi 2, yaitu :
1.      Initial setting atau waktu ikat awal, adalah proses pengerasan beton segar di mana pengikatan atau proses hidrasi sudah terjadi dan panas hidrasi sudah muncul, serta workability beton sudah hilang.
2.      Waktu total/final beton setting, adalah kondisi di mana beton segar sudah mengeras dengan sempurna.

Hubungan waktu setting beton segar adalah
a.    Waktu plastis : kondisi beton sebelum initial setting terjadi
b.    Waktu setting : kondisi beton di antara waktu initial setting dan total/final setting
c.    Waktu hardening : kondisi beton di antara waktu final setting sampai dengan selesainya proses hidrasi seluruh komponen kimia pada semen
Pada beton segar tanpa bahan tambah/additive, secara umum disepakati atau dipakai acuan waktu sebagai berikut :
a.       waktu initial setting yang dipahami sebagai awal proses hidrasi semen mulai terjadi pada 45 -120 menit dari dimulainya pencampuran/mixing beton segar ( di bacthing plant)
b.      rentang waktu initial setting yang ditetapkan sebagai batas kondisi plastis telah hilang pada umumnya adalah 1,5-2,5 jam dari dimulainya pencampuran/mixing beton segar tersebut.
c.       waktu total setting dianggap adalah 3-4 jam dari dimulainya pencampuran/ mixing beton segar tersebut.
Perlu diingat waktu transportasi menjadi hal yang penting untuk delivery ke site. Metode air dengan batu es menjadi pertimbangan agar proses hidrasi dari beton segar menjadi lambat.selain penggunaan tambahan bahan aditive.
Ciri fase plastis beton yang diamati di lapangan/proyek adalah :
  •  beton masih dalam kondisi basah, jika dituang masih terlihat aliran beton segar dan tidak terputus-putus sebagai gumpalan-gumpalan adukan beton.
  • jika seseorang berjalan di atas beton segar, maka kaki masih akan masuk/terbenam di dalam beton dengan mudah
  • jika beton dengan mudah dapat ditusuk dengan besi diameter 12 mm sampai kedalaman 10 cm, maka workability beton tersebut masih baik
  •  beton masih belum mengeluarkan panas hidrasi (jika dalam kondisi lingkungan dingin kadang dapat diamati asap dari proses pelepasan panas hidrasi)
  • dalam cetakan/acuan, beton masih dapat mengalir secara konstan dan baik, dengan sendirinya atau dengan bantuan concrete vibrator.

Pemaksaan kepada beton yang mengalami setting, sehingga menyebabkan beton menjadi keropos dan mutu beton tidak sesuai dengan harapan. Pemesanan beton k300 menjadi beton k100, hal ini diakibatkan penuangan beton nya telah melampaui waktu 2 jam dari pencampuran material beton awal di batching plant. Ciri-ciri beton yang setting di waktu plastis adalah adukan telah menggumpal dan panas hidrasi berkurang tidak seperti beton segar, slump nya telah menjadi nol. Jika terjadi hal seperti itu Segera buang beton tersebut pada daerah yang dijadikan tempat rabat beton, seperti daerah sekitar gedung maupun di area jalan masuk lapangan yang membutuhkan tempat yang dudukan nya rata dan keras.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjelasan tentang, Rigid Pavement, fleksibel pavement, dan komposit pavement

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA BETON BERTULANG DAN PADA LAPISAN CAMPURAN BERASPAL SERTA UPAYA MENANGANINYA

Efektif dan efisien